Blog anak kampung sekedar ingin berbagi
Subscribe in a reader
Terima kasih saya ucapkan telah berkunjung pada blog ini, jangan lupa tulis komentarnya demi perbaikan isi blog.
Thank's for you
Hampir setiap perbuatan terpuji yang kita kerjakan selalu diawali dengan kalimat Basmalah, “Bismillahir Rahmaanir Rahiim”. Hendak belajar, mengenakan baju, ataupun makan, lazim kita mengucapkan kalimat tersebut.
Mayoritas penerjemah Alquran di Indonesia menerjemahkan kalimat Basmalah dengan terjemahan: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Ada pula yang menerjemahkannya tanpa kata “menyebut”, karena penerjemahannya secara tekstual. Untuk memahami secara menyeluruh, sebaiknya kita terjemahkan secara per kata.
Kalimat “Bismillah” terdiri dari huruf Ba (بِ) berharakat kasrah (dibaca Bi) yang berarti “Dengan”. Dalam bahasa Indonesia, kata “dengan” berarti bersama atau berbarengan. Sebagai contoh, “Hani berjalan dengan Fitri”. Maka maknanya adalah Hani berjalan bersama atau berbarengan dengan Fitri.
Ketika kita mengucap “Bismillah” berarti sebenarnya kita sedang menjadikan Allah bersama mengiringi pekerjaan yang kita lakukan. Namun yang dimaksud membersamakan Allah bukan secara dzat atau fisikNya, melainkan kita mengharapkan keridlaan dan kerelaan Allah. Karena, pada hakikatnya kita bisa melakukan berbagai pekerjaan atas ridla dan ijin Allah. Setiap pekerjaan memang seharusnya diawali dengan ucapan Basmallah. Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam pernah berpesan,
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ أَقْطَعُ
“Setiap perkara yang terpuji, bila tidak diawali dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahiim, maka terputus keberkahannya”.
Para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah menerjemahkan istilah Barakah dengan arti “Bertambahnya nilai kebaikan”. Di antara nilai kebaikan dalam makan adalah terpenuhinya energi untuk melakukan pekerjaan lain yang baik. Maka bila hendak makan tidak diawali dengan ucapan Basmallah, maka nilai kebaikan itu tidak ada. Ketika akan melakukan suatu pekerjaan terpuji dan baik menurut agama, maka awali dengan Basmallah, karena saat mengucap kalimat tersebut sebenarnya kita sedang menyertakan Allah dalam segala aktifitas yang terpuji.
Yang kita sebut dalam setiap pekerjaan mulia adalah nama Allah. Nama tersebut adalah nama yang amat Agung (lafzhul Jalalah). Lafazh tersebut terdiri dari huruf Alif, Lam (pertama), Lam(kedua), dan Ha. Semuanya dibaca dengan lafal Allah. Andai huruf Alif dihilangkan, maka bisa dibaca Lillah (لِلَّه)yang berarti “Milik Allah” atau “Karena Allah”. Bila dihilangkan huruf lam pertama, maka dibaca Lahu (لَهُ)yang berarti “Bagi Allah”. Sedangkan bila dihilangkan lagi huruf lam kedua, maka tinggal tersisa bacaan Hu (هـُ)yang berarti “Dia”.
Lebih dahsyat lagi, ketika kita mengucapkan Allah, susunannya terdiri dari huruf awal huruf “A” (اَ)yang berada di depan bagian mulut, sedangkan huruf akhir lafal tersebut adalah bunyi “H” (ـه)yang berada di dalam atau akhir tenggorokan. Ini mengisyaratkan bahwa Allah adalah al-Awwalu wal Akhir. Dia-lah Yang Awal dan Akhir.
Kita mesti mengenal Allah dengan akrab. NamaNya kita sebut, tapi siapakah Dia?. Setelah menyebut nama Allah dalam kalimat Bismillah, maka lanjutannya adalah bahwa Allah yang kita sebut itu adalah ar-Rahman juga ar-Rahiim. Secara bahasa sederhana, ar-Rahman berarti “Maha Pengasih”, sedangkan ar-Rahiim berarti “Maha Penyayang”.
Pengasih dan penyayang dalam pengertian kita amat berbeda. Ketika bertemu pengemis di jalanan, lalu kita “mengasihnya” beberapa rupiah, itu bukti kasihannya kita kepada pengemis, bukan karena sayangnya kita kepada dia. Ini berbeda dengan penyayang. Seorang ayah bekerja mencari nafkah untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. Saat mendapatkan gaji, lalu ia memberikannya kepada istri dan anak-anaknya tersebut secara rutin, bahkan jumlahnya pun banyak. Ini jelas lebih dari “kasih”, melainkan karena sayangnya ayah tersebut kepada keluarganya.
Seperti perbedaan di atas, pengertian Pengasih dan Penyayang amat berbeda. Sifat KasihNya Allah diberikan kepada seluruh umat manusia. Beriman atau tidak, selama seseorang bekerja, niscaya ia akan mendapatkan hasilnya. Itu sebagai bukti sunnatullah (semacam hukum alam), karena bekerja, maka ada hasilnya.
Adapun pengertian Penyayang adalah sifat SayangNya Allah kepada orang-orang “tertentu” yang “sayang” juga kepada Allah. Orang-orang itu adalah golongan beriman dengan sepenuh hati. Bagi mereka kelak akan mendapatkan SayangNya Allah berupa balasan yang terbaik, di antaranya adalah Surga yang penuh kenikmatan (jannatun na`iim).
Sederhananya, ar-Rahman adalah bukti Sifat KasihNya Allah kepada umat manusia secara universal. Sedangkan ar-Rahiim adalah bukti Sifat SayangNya Allah kepada umat manusia secara kondisional (baca: tertentu).
Alangkah agung dan dahsyatnya ucapan Bismillahirrahmanirrahiim. Dengan membacanya, berarti kita sedang mengiringkan keridlaanNya dalam urusan kita. Dengan membacanya, urusan kita menjadi berkah. Untuk itu, diawali segla aktifitas kita dengan bacaan Bismillahirrahmanirrahiim.
Wallahu a’lam bish shawab.